Di samping Mangga Dua, nama Tanah Abang juga sudah dikenal dunia perdagangan internasional. Sejarah Tanah Abang dimulai pada abad ke-17 ketika terjadi perluasan kota Batavia ke arah selatan. Pada mulanya wilayah perluasan kota Batavia itu merupakan tanah milik pribadi orang-orang kaya Belanda.
Pada 1733 Tanah Abang menjadi milik Justinus Vinck. Sebelumnya, Vinck juga memiliki tanah di sebelah timur Weltevreden (Lapangan Banteng sekarang). Karena naluri bisnisnya, maka Vinck mendirikan Pasar Weltevreden dan Pasar Tanah Abang di atasnya. Surat izin untuk kedua pasar keluar pada 30 Agustus 1735. Dalam surat izin dicantumkan juga bahwa hari pasar untuk Weltevreden adalah hari Senin, sementara untuk Tanah Abang hari Sabtu. Namun sejak 1751 untuk Pasar Tanah Abang ditambah hari Rabu.
Ketika itu bangunan pasar masih amat sederhana, berbahan bambu dan rumbia. Pemilik kios umumnya orang China. Barang yang boleh dijual di pasar ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pasar Tanah Abang kebagian tekstil, kelontong, dan sedikit sayuran.
Nama Tanah Abang sendiri diperkirakan sudah dikenal pada kuartal pertama abad ke-17. Kemungkinan berhubungan dengan tentara Mataram yang datang menyerbu VOC di Batavia pada 1628. Dulu, wilayah ini masih merupakan tanah bukit dengan rawa-rawa di sekelilingnya. Tanahnya masih berwarna merah. Maka dari itu tentara Mataram menggunakannya sebagai basis pertahanan. Dalam bahasa Jawa merah disebut abang.
Baru lima tahun berdiri, Pasar Tanah Abang kena imbas peristiwa pembantaian etnis China pada 1740. Ketika itu banyak kios dirusak, diporakporandakan, dan dibakar. Akibatnya orang-orang China menyingkir ke daerah pinggiran. Dengan demikian wilayah Tanah Abang menjadi sepi.
Pemerintah Belanda yang merasakan dampak itu, mulai melakukan pendekatan kepada orang-orang China untuk bergerak kembali memutar roda perekonomian. Bersamaan dengan perkembangan daerah Tanah Abang berkat adanya pasar, daerah itu pun terkenal sebagai tanah kuburan. Pekuburan Tanah Abang dibuka pada 1795. Banyak pemuka masyarakat dimakamkan di situ. Begitu tersohornya pekuburan Tanah Abang, sampai-sampai orang Belanda sering berseloroh ’terug naar Tanah Abang’, maksudnya ’masuk liang kubur’.
Pada masa kemudian Tanah Abang dikenal sebagai pasar kambing. Apalagi sedikit demi sedikit orang-orang Arab yang dikenal doyan makan kambing, bermukim di Tanah Abang.
Berikut waancara saya dengan seorang pedagan minuman jus di sekitar tanah abang yang namanya pak selamet.
S :Saya
P : Pedagan ( Pak selamet )
S : Selamat siang pak.
P : Selamat siang dek.
S : Maaf pak menggangu ,bisa wawncara sebentar tidak pak?
P : Oh boleh silahkan,mumpung saya lagi ngk repot.
S : Baik pak,pak kenapa memilih tempat berjualan di kawasan pasar Tanah abang ?
P : Karena tempatnya ga terlalu jauh dari rumah saya , juga ga terlalu jauh dari tempat saya biasa membeli bahan baku untuk jualan .
S : Pak kenapa milih jadi penjual jus buah ?
P : Karena barahnnya mudah dicari dimana-mana , trus ga mudah rusak , dan juga ga repot , kalo ualan mie gitu kan harus beli minyak juga , dan harga minyak naik terus , makannya saya ga mau pusing-pusing mikirin harga minyak yang naik terus makanya mendingan saya jualan jus aja tinggal yang penting beli es .
S : Bapak berjualan ini cukup ga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ?
P : Ya dibilang cukup lumayan lah
S : Pak , apakah bapak sudah berkeluarga ?
P : Sudah , saya memiliki satu istri dan satu anak .
S : Apakah penghasilan bapak dapat mencukupi kelurga ? bisa nabung gak ?
P : Lumayan cukup , masih bisa nabunglah dikit-dikit
S : Pak ada hambatannya apa saja?
P :Yah,,kalo hujan saja jadi jarang yg beli,,soalnya kan dingin jdnya pelanggan jd berkurang,,gk mungkin kan dingin2 minum yg dingin2,,trus juga kan hujan jadi anak-anak tidak bisa jalan kesini ,trus klo libur juga jadi pada jarang yg beli,,jdnya penghasilanya lebih sedikit,,
S : Sekali belanja berapa kilo pak untuk sekali berjualan ?
P : Kalo alpukat 10 kg , sirsak 5 kg , kalo strawberry RP 40.000 ,
S : Suka dukanya berjualan ini apa ?
P : Sukanya kalo lagi laris , saya seneng banget soalnya kan bisa dapet penghasilan lebih , dukanya kalo lagi tidak laris kan penghasilan saya jadi berkurang .
S : Baik lah pak,makasih atas waktunya bapak buat bercerita sedikit dengan saya tentang profesi bapak.
P : Sama-sama dek.
S : Selamat siang pak.
P : Siang dek.
Demikianlah hasil wawancara kami dengan Pak Selamet karena banyak sekali yang membeli jus buah Pak Selamet sehingga kami hanya mendapatkan sedikit waktu untuk melakukan wawancara dengan pak selamet .
Dari hasil wawancara saya dengan Pak selamet yaitu salah seorang pedagang jus buah di kawasan pasar tanah abang , kita dapat banyak merefleksikan kejadian-kejadian hidup yang dialami tiap-tiap orang selalu berbeda-beda . Namun dari banyak perbedaan tersebut ada satu kepastian adalah setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan , namun tingkat kesulitan tiap orang itu selalu berbeda pula . Dari cerita diatas saya akan lebih menonjolkan sisi-sisi kehidupan dan bagaimana kita harus mengatasi kehidupan yang begitu berat ini .